Sejarah

Kalyanamitra berdiri pada tanggal 28 Maret 1985. Dalam bahasa Sanskrit, Kalyanamitra bermakna “Kawan Baik” atau "sahabat". Nama tersebut menjadi prinsip Kalyanamitra yang kehadirannya saat itu merupakan respon terhadap ketidakadilan yang dihadapi perempuan Indonesia, baik yang diakibatkan oleh ketimpangan gender atau maupun kebijakan pemerintah atau negara. Berkaitan dengan itu, Kalyanamitra memandang perlu adanya pusat informasi dan komunikasi mengenai perempuan. Seiring dengan dilaksananya pendampingan komunitas, Kalyanamitra juga melakukan pengumpulan data-data mengenai berbagai aspek perempuan dan mengangkatnya ke hadapan publik melalui seminar, pelatihan, dan diskusi publik.

Komitmen Kalyanamitra dalam memperjuangkan keadilan gender berlanjut dengan memperkenalkan pelatihan analisis gender di Indonesia pada 1990. Program ini ditujukan kepada aktivis lembaga non pemerintah dan akademisi yang memiliki perhatian lebih dan keminatan terhadap isu perempuan.

Selain itu kalyanamitra juga menerbitkan berbagai publikasi, seperti buku, buletin, poster guna membangun kesadaran dan memberikan pengetahuan mengenai persoalan perempuan kepada publik yang lebih luas. Beberapa bentuk publikasi yang diterbitkan adalah newsletter Mitra Media dan buletin bernama Dongbret.

Meski mengalami pelarangan penerbitan oleh pemerintah di tahun 1994, Kalyanamitra tetap aktif dalam memproduksi sejumlah publikasi tentang perempuan. Berkat kuatnya komitmen pada program dokumentasi dan pendidikan, Kalyanamitra dikenal sebagai sebuah resource center yang aktif melakukan riset tentang persoalan perempuan dan mensosialisasikan hasil temuannya ke masyarakat.

Pada program dampingan, Kalyanamitra banyak menginisisi kampanye-kampanye tentang isu kekerasan terhadap perempuan, termasuk terlibat langsung pada penanganan kasus perkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa yang terjadi pada 1998. Saat itu Kalyanamitra tergabung dalam sekretariat Tim Relawan Kemanusiaan (TRK) untuk penyintas perkosaan di Jakarta.

Kini, setelah 32 tahun berdiri, Kalyanamitra tetap memegang teguh komitmennya untuk memperjuangkan kesetaraan gender melalui program dampingan komunitas dan pendidikan lewat pengarsipan data terkait pengalaman perempuan.

Berdasarkan hasil Rencana Strategis 2019-2023, Kalyanamitra memiliki tiga divisi:

1. Program Pendampingan Komunitas
Dalam Program Pendampingan Komunitas mencakup tiga bidang kerja:

Pendampingan Komunitas;
Kampanye;
Advokasi.

2. Program Pengelolaan Pengetahuan
Dalam Program Pengelolaan Pengetahuan mencakup dua bidang kerja:

Informasi dan Dokumentasi
Kajian

3. Keorganisasian
Dalam Keorganisasian terdapat tiga bidang kerja:

Keuangan
Kesekretariatan
Kerumahtanggaan

VISI

Visi Jangka Panjang
Terwujudnya sistem masyarakat dan negara yang berkeadilan gender melalui penguatan kapabilitas perempuan dengan prinsip kepedulian dan solidaritas.

Visi Eksternal
Perempuan memiliki otonomi atas dirinya dan mampu membangun gerakan untuk memperjuangkan kontrol atas sumber-sumber penghidupannya.

Visi Internal
Kalyanamitra mampu merefleksikan dan mendokumentasikan pengalaman-pengalaman bekerja bersama dan untuk perempuan.

MISI

    Menguatkan komunitas dampingan untuk menjadi aktor sosial di wilayahnya melalui penyediaan dan penyebaran informasi serta pengetahuan dan pendidikan kritis.


    Melakukan kajian-kajian berdasarkan pendampingan komunitas untuk menjadi rekomendasi perubahan kebijakan.


    Meningkatkan kesadaran publik tentang persoalan ketidakadilan gender.


    Membangun jaringan kerja dengan aktor-aktor sosial di berbagai level dalam rangka mendukung kerja-kerja Kalyanamitra.


    Melakukan advokasi kebijakan publik yang berperspektif gender.

NILAI - NILAI

Berpihak

Berada pada pihak perempuan yang marjinal, lemah, miskin dan tertindas.

Anti Diskriminasi

Tidak melakukan pembedaan dalam berperilaku atas dasar ras, etnis, agama, gender.

Anti Kekerasan

Tidak melakukan kekerasan dan tidak berpihak pada pelaku kekerasan. Tidak menoleransi segala bentuk kekerasan baik yang dilakukan di dalam organisasi, kelompok dampingan, jaringan maupun negara secara umum.

Demokrasi

Melibatkan semua unsur di dalam organisasi dan kelompok dampingan dalam pengelolaan program [perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi] yang melibatkan semua unsur di dalam organisasi dan kelompok dampingan dalam proses pengambilan keputusan.

Berkeadilan Gender

Memberi perlakuan yang sama pada laki-laki dan perempuan. Akses dan kontrol yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumber daya).

Transparansi

Proses pengelolaan organisasi dijalankan secara terbuka. Secara reguler organisasi menyampaikan informasi tentang hasil kerjanya kepada publik.

Kesukarelaan

Peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar dan berkehendak membantu orang lain.

Independen

Bebas dari pengaruh dari kepentingan politik, modal, pemerintah dan partai politik dalam mengambil keputusan.

Akuntabel

Bertanggung jawab atas berbagai upaya yang dilakukan kepada komunitas dan publik.

Kesetaraan

Semua orang mempunyai hak untuk diperlakukan sama, semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan apapun.

WeSIS

Well Being, Self-Care dan Integrated Security. Menjunjung tinggi pada kesadaran diri (mindfulness) secara penuh yang dilakukan melalui lima sikap dasar: attention, non-judgement, acceptance, letting go, dan presence. Nilai ini juga menekankan terhadap kesejahteraan diri dan kesejahteraan orang lain baik secara fisik, mental, relasi sosial, spiritual, dan emosional.

ISU STRATEGIS

isu strategis

1. Kontrol perempuan terhadap sumber penghidupan (kepemimpinan perempuan, pengakuan kapabilitas perempuan);
2. Kekerasan berbasis gender;
3. Ancaman fundamentalisme agama terhadap otonomi perempuan;
4. Komodifikasi perempuan (politik, ekonomi, sosial budaya);
5. Tidak terkelolanya pengetahuan perempuan.

STRUKTUR ORGANISASI